Minggu, 08 Mei 2016



TUGAS KELOMPOK
MANAJEMEN PENDIDIKAN
EVY SEGARAWATI AMPRY, S.PD., M.PD

STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

                                                                        



OLEH:

KELOMPOK IV
                     MAHGFIRA FITRI MAULANI/4
                                     NURSIA/14
                            MIFTAHUL JANNAH/24
                                NASRUL NURDIN/34

IV F SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirah tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan kesehatan yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas masalah kelompok mata kuliah manajemen pendidikan yang berjudul “ Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah”.
Semoga makalah ini,dapat bermanfaat bagi si pembaca. Saya mengicapkan terimah kasih kepada pihak yang terkait yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya minta masukan dan perbaikan pembuatan makalah ini pada masa yang akan datang.

Makassar, 4 maret 2016


penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang…………………………………………………………………………………………….4
B.    Rumusan masalah………………………………………………………....……………………………..5
C.    Tujuan……………………………………………………………………………...…………………………..5
         BAB II PEMBAHASAN
    1). Konsep dasar kepemimpinan…………………………………………………………………………….6
    2). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
         kualitas Sekolah…………………………………………………………………………………………………8
    3). Tipe-tipe  manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang ideal........……………12
    4). Strategi Kepemimpinan yang Efektif……………………………………………….....………….16
            BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………..………..22
SARAN……………………………………………………………………………………………………..………22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………….………23




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai wewenang dan kekuasaan sudah selayaknya mempunyai gaya kepemimpinan yang efektif untuk mengatur dan mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala sekolah dalam mengembangkan tugasnya hendaknya didasari dengan sikap sungguh-sungguh & etos kerja yang tinggi. Kepala sekolah yang mempunyai kesungguhan dan etos kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan inovasi pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial yang handal juga merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif, kondusif dan dinamis. Kehadiran kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru, karyawan, dan anak didik. Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan dan kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya dibidang konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan menggunakan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin. Pandangan diatas menunjukan pentingnya menelaah dan membahas kembali tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta sekolah efektif dan berkwalitas.

B. Rumusan Masalah
    1). Bagaimana konsep dasar kepemimpinan?
    2). Bagaimana  Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
         kualitas sekolah ?
    3). Bagaimana tipe-tipe  manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang  ideal?
    4). Bagaimana Strategi Kepemimpinan yang Efektif?
C, Tujuan
   1). Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan
   2). Untuk mengetahui Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
        meningkatkan kualitas sekolah
   3). Untuk mengetahui tipe-tipe  manajemen kepemimpinan Kepala sekolah yang
        ideal
   4). Untuk mengetahui Strategi Kepemimpinan yang Efektif



BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif (Fattah, 2004: 88). Stoner benar tentang kepemimpinan efektif, namun itu berlaku ketika seorang pemimpin memiliki karakter kuat, tegas, dan berjiwa pembelajar. Sebaliknya, kekuasaan yang besar di tangan pemimpin yang lemah karakter, pengetahuan dan keterampilan, hanya akan membawa lembaga pendidikan pada ujung kebangkrutan dan tumpukan masalah yang tidak terselesaikan dengan baik, bahkan menimbulkan konflik internal.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Pendapat Hasibuan Malayu (dalam Mulyadi, 2010: 47) tentang perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut:
-Mengambil keputusan
-Mengembangkan imajinasi
-Mengembangkan kesetiaan pengikutnya
-Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana
-Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
-Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan
-Memberikan tanda penghargaan
-Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
-Pelaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan.
Sementara Gary Yulk mengidentifikasi empat belas perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut :
-Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing)
-Pemecahan masalah (problem solving)
-Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies)
-Memberi informasi (informing)
-Memantau (monitoring)
-Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating and inspiring)
-Berkonsultasi (consulting)
-Mendelegasikan (delegating)
-Memberikan dukungan (supporting)
-Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring)
-Mengelola konflik dan tim (managing and team building)
-Membangun jaringan kerja (networking)
-Pengakuan (recognizing)
-Memberi imbalan (rewarding) (Mulyadi, 2010: 49-50).
B. Manajemen kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
   sekolah
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan. Hasil penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan bahwa sebagian besar pemimpin yang hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan kualitas tanpa ada perilaku yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan hasil manajemen kepala sekolah.
Sommer dan Merritt (1994) dan Rad (2005) juga berpendapat tentang perlunya pemimpin memberikan perhatian terhadap strategi manajemen mutu terpadu karena secara signifikan perilaku hubungan kepemimpinan dengan perilaku karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan manajemen mutu terpadu. Perbedaan perilaku kepemimpinan dan bawahan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan manajememen mutu terpadu juga akan terlihat lebih nyata pada pelaksanaan manajemen mutu terpadu dan kinerja organisasi dalam sektor jasa seperti sekolah.
Budianto (2011) menjelaskan untuk mencapai keberhasilan manajemen kepala sekolah, perilaku kepemimpinan dalam dunia pendidikan (kepala sekolah) harus mencerminkan: (1) fokus pada pelanggan, (2) fokus pada pencegahan masalah, (3) investasi sumber daya, (4) memiliki strategi mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar, (6) mendefinisikan mutu pada seluruh area organisasi, (7) memiliki kebijakan dan rencana mutu, (8) manajemen senior memimpin mutu, (9) proses perbaikan mutu melibatkan setiap orang, (10) memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan mutu, (11) karyawan dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu, (12) kreativitas adalah hal yang penting, (13) memiliki aturan dan tanggungjawab yang jelas, (14) memiliki strategi evalusi yang jelas, (15) melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, (16) rencana jangka panjang, (17) mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18) meningkatkan mutu berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) memiliki misi khusus, (20) memperlakukan kolega sebagai pelanggan.
Sementara itu, Tiong (dalam Usman, 2011: 290) menemukan dalam penelitiannya tentang karakteristik perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain sebagai berikut.
-Kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan
-Kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru
-Kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf
-Kepala sekolah yang memahami perasaan guru
-Kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan
-Kepala sekolah yang terampil dan tertib
-Kepala sekolah yang berkemampuan dan efisien
-Kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin
-Kepala sekolah yang tulus
-Kepala sekolah yang percaya diri
Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak efektif antara lain mencerminkan semangat yang rendah, berpandangan sempit, diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan dalam organisasi.
Dengan kata lain perilaku kepala sekolah harus menyesuaikan dengan empat prinsip manajemen mutu terpadu. Penjelasan masing-masing prinsip dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan di bawah ini:
-      Kepuasan pelanggan
Seperti penjelasan sebelumnya, sekolah memiliki pelanggan internal dan eksternal. Terhadap pelanggan internal, siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain adil dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki dedikasi dan rajin, memiliki keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki strategi mutu dan memiliki strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap pelanggan eksternal perilaku efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui transparansi, pemberi informasi, melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar.
-      Respek terhadap setiap orang
Prinsip ini melihat setiap orang dalam sekolah sebagai aset dan memiliki potensi. Sehingga perilaku kepemimpinan yang efektif dalam mencerminkan prinsip ini adalah fasilitator, menghargai partisipasi staf, memahami perasaan guru, memberikan dukungan, melibatkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan, mengembangkan dan membimbing potensi, memotivasi dan memberi inspirasi, mendelegasikan tugas, dan semua masyarakat sekolah dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu.
-      Manajemen berdasarkan fakta
Pada prinsip ini, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tertib administrasi sehingga selalu mengambil keputusan dengan berdasarkan data organisasi yang jelas, bukan suatu gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga merencanakan, mengorganisasi dan melakukan prioritas menggunakan data dan kondisi sumber daya dalam organisasi.
-      Perbaikan terus menerus
Dalam mencapai manajemen mutu, maka perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan suatu organisasi seiring dengan perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mencerminkan pemantauan, visioner, transformasional, rencana jangka panjang, membangun jaringan kerja dengan pelanggan eksternal, inovatif, dan kreatif.

C. Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah yang ideal
Pemimpin dalam kepemimpinannya dinyatakan berfungsi untuk menggiatkan atau menggerakkan bawahannya. Fungsi menggerakkan adalah adalah fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta menggerakkan kelompok orang-orang itu  agar suka dan mau bekerja (Sudirga, 2006 : 23)
Dalam kepemimpinan disebutkan seorang pemimpin memiliki beberapa tipe-tipe kepemimpinan antara lain :
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam kepemimpinan ini seorang kepala sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan bawahannya supaya manajemen sekolah berfungsi dengan baik.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap selalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
Jadi dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala sekolah menggerakkan bawahannya secara perintah komando dan otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
(1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
Dalam kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah memimpin bawahannya berdasarkan keputusan sendiri yang harus segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik diterapkan dalam lingkungan sekolah
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

D. Strategi Kepemimpinan yang Efektif
          kepemimmpinan adalah proses untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar secara sadar dan secara harmonis bekerja untuk mencapai tujuan organisasi kata “sadar” menunjukan bahwa kepemimmpinan di dasarkan oleh kerelaan dan bukan paksaan .hal ini berbeda dengan kekuasaan yang diterima sebagai suatu keterpaksaan.
Pengakuan terhadap pentingnya variabel kepemimmpinan dalam organisasi telah menjadi dasar analisis para ahli dari berbagai kalangan .dari analisis itu terungkap pentingnya strategi kepemimmpinan yang dirumuskan dalam berbagai bentuk perilaku (harsey dan Blanchard, 1982) yang sudah dikenal misalnya ,memandang kepemimmpinan yang efektif (yang mendorong kinerja bawahan) adalah kepemimmpinan yang memerhatikan dua aspek secara bersamaan orientasi terhadap tugas dan orientasi terhadap manusia.orientasi terhadap tugas dan melahirkan kepemimmpinan yang memilikinvisi yang jelas, tugas yang jelas dan sistem komunikasi yang permanen .orientasi terhdap manusia melahirkan kepemimmpinan kesejawatan,kemauan pemimmpin mendengarkan suara hati bawahan ,memanusiakan bawhan dan mendorong partisipasi bawahan dalam berbagai aspek kehidupan organisasi. banyak bukti menunjukan bahwa penerapan kepemimmpinan partisipasi meningkatkan komitmen bawahan terhadap tugas dan gilirannya meningkatkan kinerja mereka.
secara spesifik, dimensi hubungan manusia dicirikan oleh tiga aspek ;
(1). pemimmpin menyiapkan waktu  untuk mendengarkan anggota kelompoknya ,
(2). pemimpin berkeiginan membuat perubahan ,
(3). pemimpin yang bersifat bersahabat dan dekat dengan bawahanya.
Dimensi tugas dicirikan oleh:
 (1). Pemimmpin yang selalu memberikan tugas kepada anggota kelompok ,
 (2). pemimpin menetapkan standard dan peraturan yang harus di ikuti oleh anggota
         kelompok dan,
 (3). Pemimpin menghrapkan anggota untuk mengetahui apa yang  diharapkan dari
        mereka.
Bedasarkan kuadran tersebut,tampak bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin 9-9, yaitu yang tinggi pada dimensi hubungan manusia dan juga tinggi pada dimensi tugas perilaku kepemimpinan yang demikian sering juga disebut dengan perilaku kepemimpinan tim.pemimpin yang kurang efektif adalah pemimpin 1-1, yaitu yang rendah pada dua dimensi.
Beberapa penulis lainya juga mengemukakan strategi kepemimpinan.farkas dan backer (1996) mengembangkan gagasan tentang maximum leadership yang meliputi lima pendekatan pendekatan strategi, pendekatan asset manusia, pendekatan keahlian, pendekatan control, dan pendekatan agen perubahan.
Covey (1991), juga mengembangkan strategi kepemimpinan yang disebut sebagai kepemimpian yang berprinsip (principle cebtered landership) yang salah satu strateginya adalah orientasikepada pelanggan .strategi ini juga di adaptasi oleh lee (1997)dalam istilah kekuasaan yang berprinsip (principle-centered). kedua pendekatan ini mementingkan kapabilitas dalam kepemimpinan.
Brich (1999) mengembangkan strategi instant landership dengan 66 cara kepemimpinan yang praktis .dluar dari hal-hal yang betul-betul praktis, terdapat strategi inti yang dikemukakanya yaitu bahwa pemimpin terbaik adalah orang yang memungkinkan terpenuhinya tuntutan yang tadinya di anggap mustahil dan kemudian menawarkan dukungan penuhyang tadinya di anggap tidak mungkin intinya ,kepemimpinan berkualitas dengan tantangan dsn dukungan .
Maxwell 1995 mengembangkan prinsip dasar kepemimpinan yang antara lain meliputi, penyusunan prioritas, integritas, menciptakan perubahan positif, pemecahan masalah, sikap positif, pengembangan asset manusia, wawasan, dan disiplin pribadi .
Strategi  kepemimpinan yang sama muncul dalam kajian pendidikan dalam penelitian heck, et al, (1997)terungkap beberapa aspek  kepemimpinan kepala sekolah yang membedakan sekolah berprestasi tinggi dan sekolah berprestasi rendah,aspek-aspek tersebut meliputi;
(1). melibatkan staf dalam keputusan dan pengajaran yang penting.
(2). melindungi dari tekanan eksternal
(3). memberikan otonomi mengajar kepada guru
(4). mengomunikasikan tuntutan untuk berprestasi tinggi kepada siswa
(5). menghargai prestasi akademik siswa.
(6). mengkordinasikan program pengajaran
(7). berpartisipasi dalam diskusi tentang isu-isu pengajaran
(8). mengobservasi metode pengajaran guru di kelas
(9). menyediakan sumber daya belajar
(10). melakukan kunjungan kelas secara regular
(11). membantu guru memperbaiki pengajaran.
Dalam penelitian sekolah efektif ,kmpetensi kepemimpinan yang diperlukan sekolah tercermin dari beberapa karakteristik kepemimpinan berikut ini;
(1). kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan
(2). kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru
(3). kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf
(4). kepala sekolah yang memahami perasaan guru
(5). kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan
(6). kepala sekolah yang terampil dan tertip
(7). kepala sekolah yang bermampuan dan efisien
(8). kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin
(9). kepala sekolah yang tulus
(10). kepala sekolah yang percaya diri
Dari berbagai sumber tersebut ,dan dengan memperhatikan berbagai tuntutan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam menyikapi perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan,penulis mengemukakan berbagai strategi inti kepemimpinan kepala sekolah yang selanjutnya dikaji secara singkat berikut ini
1. kepemimpinan yang strategik
          Kepala sekolah perlu mengembangkan kepemimpinan strategic .kepemimpinan strategic adalah kepemimpinan yang berseia melakukan perubahan dari kondisi sekarang kepada kondisi I ideal sekolah dimasa depan ,beberapa kajian menunjukan bahwa kepla sekolah yag berhasil dalam memimpin adalah kepala sekolah yang visioner ,berfikir jauh ke depan bagi pengembangan sekolah.
Strategi ini menekankan kepada kepala sekolah akan perlunya merumuskan visi misi kepemimpinan ya yang sejalan dengan arah dan perkembangan yang ingin dicapai oleh sekolah yang strategik juga perlu mengembangkan strategi kedepan dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan hambatan .
Visi dan misi kepemimpinn kepala sekolah perlu di sosialisasikan kepada warga sekolah guna memperoleh dukungan dsn komitmen mereka,siswa dan guru khususnya perlu mengetahui untutan apa yang diharapkan dari mereka menurut Caldwell (1998).perubahan –perubahan paradigma pendidikan menyebabkan beban kepala sekolah makin bertambah dn hal ini dapat direduksi dengan mengembangkan visi dn misi sekolah yang pada giliranya dapat digunakan untuk memberdayakan semua potensi sekolah.
2. Strategi pelanggan
Osbone dan plastrik (1997) mengembangkan gagasan mengenai perlunya organisasi pemerintah memiliki strategi pelanggan dalam meningkatkan akuntabilitasnya akuntabilitas berarrti sejauh mana suatu lembaga bertanggung jawab kepada pelanggan produk atau jasa yang dihasilkan.semakin puas pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan semakin akuntabel suatu lembaga .karena itu penerapan strategi pelanggan akan memaksa sekolah dslam memperbaiki kinerjanya.
Definisi tentang pelanggan dari dalam sekolah dan dari luar sekolah .pelanggan dari dalam sekolah meliputi siswa,guru,tenaga administrasi ,sedangkan dari pelanggan luar sekolah meliputi orang tua,masyarakat,pemerintah dan pihak terkait lainya.baik pelanggan dari kepuasan. karena itu kepala sekolah berbagai manajer perlu mengembangkan cara-cara baru dlam memenuhi kepuasan pelanggan.
3. Strategi pemberdayaan
Strategi pemberdayaan merupakan inspirasi banyak organisasi dewasa ini. hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia dalam organisasi merupakan asset yang perlu dipelihara dan dikembangkan bagi peningkatan organisasi.di sekolah terdapay sejumlah tenaga profesional khususnya guru yang perlu dikembangkan dan didayagunakan .
Beberapa sekolah yang sukses menerapkan strategi pemberdayaan melalui berbagai program-program pengembangan profesional guru.selain itu,kemauan kepala sekolah mendelegasikan sebagian pekerjaan juga merupakan salah satu  strategi yang banyak berbukti mendorong semangat tim disekolah dalam situasi yang lain kepala sekolah melibatkan stafnya dalam berbagai pengambilan keputusan pentingnya.
4.Kemauan Mengambil Resiko
Kemauan melakukan teribosan atu bertindak sebagai agen perubahan harus diikuti dengan kemauan mengambil resiko .fakta memmbuktikan ,banyak pemimmpin yang gagal karena takut terhadap resiko dari keputusan yang di ambil.
Cepat dan berusaha mengambil keputusan yang cerdik ,Akan semakinbesarnya kewenangan pengambilan keputusn pada tingkat sekolah sesuai dengan semangat MBS berarti kepala sekolah dituntut bertindak cepat dan berusha mengambilkeputusan yang cerdik ,tentunya dengan segala resikonya,baik resiko financial maupun resiko lainya.




BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
          Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih mencapai keberhasilan.
B. SARAN
       Dalam megembangkan kuantitas dan kualitas dari pendidik ataupun peserta ddik tentu sangat dibutuhkan pemimpin dalam mengatur hal tersebut. Pemimpin yang bijak dan professional, mampu mengatur dan mengendalikan bawahan untuk bekerja efektif demi mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Maka dari itu dibutuhkan kepala sekolah yang memiliki strategi kepemimpinan yang efektif dan strategi kedepannya.




DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar. 2006. Manajemen pendidikan peluang dan tantangan. Makassar: badan penerbit UNM Makassar.
Suparlan.2014. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan praktik. Jakarta : PT. Bumi Angsara