TUGAS KELOMPOK
MANAJEMEN PENDIDIKAN
EVY SEGARAWATI AMPRY, S.PD., M.PD
“STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH”
OLEH:
KELOMPOK
IV
MAHGFIRA FITRI MAULANI/4
NURSIA/14
MIFTAHUL JANNAH/24
IV F
SOSIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirah tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat
dan kesehatan yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas masalah kelompok mata kuliah manajemen pendidikan yang
berjudul “ Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah”.
Semoga
makalah ini,dapat bermanfaat bagi si pembaca. Saya mengicapkan terimah kasih
kepada pihak yang terkait yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah
ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu saya minta masukan dan perbaikan pembuatan makalah ini
pada masa yang akan datang.
Makassar, 4 maret 2016
penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang…………………………………………………………………………………………….4
B.
Rumusan masalah………………………………………………………....……………………………..5
C.
Tujuan……………………………………………………………………………...…………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
1). Konsep dasar
kepemimpinan…………………………………………………………………………….6
2). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam meningkatkan
kualitas Sekolah…………………………………………………………………………………………………8
3). Tipe-tipe manajemen kepemimpinan
Kepala sekolah yang ideal........……………12
4). Strategi Kepemimpinan yang
Efektif……………………………………………….....………….16
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………..………..22
SARAN……………………………………………………………………………………………………..………22
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………….………23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai
wewenang dan kekuasaan sudah selayaknya mempunyai gaya kepemimpinan yang
efektif untuk mengatur dan mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala
sekolah dalam mengembangkan tugasnya hendaknya didasari dengan sikap
sungguh-sungguh & etos kerja yang tinggi. Kepala sekolah yang mempunyai
kesungguhan dan etos kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan inovasi
pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial
yang handal juga merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif,
kondusif dan dinamis. Kehadiran kepala sekolah sangat penting karena merupakan
motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru, karyawan, dan anak
didik. Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses pencapaian tujuan
pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan
dan kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang
dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin dalam melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya
dibidang konsep dan teknik kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak
ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan menggunakan teknik atau gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin. Pandangan
diatas menunjukan pentingnya menelaah dan membahas kembali tentang kepemimpinan
kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta sekolah
efektif dan berkwalitas.
B. Rumusan Masalah
1). Bagaimana konsep dasar kepemimpinan?
2). Bagaimana Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam meningkatkan
kualitas sekolah ?
3). Bagaimana tipe-tipe manajemen
kepemimpinan Kepala sekolah yang ideal?
4). Bagaimana Strategi Kepemimpinan yang
Efektif?
C, Tujuan
1). Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan
2). Untuk mengetahui Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kualitas sekolah
3). Untuk mengetahui tipe-tipe manajemen kepemimpinan Kepala
sekolah yang
ideal
4). Untuk mengetahui Strategi Kepemimpinan yang Efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep dasar kepemimpinan
Pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan adalah kemampuan
untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, semakin banyak jumlah sumber kekuasaan
yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif
(Fattah, 2004: 88). Stoner benar tentang kepemimpinan efektif, namun itu
berlaku ketika seorang pemimpin memiliki karakter kuat, tegas, dan berjiwa
pembelajar. Sebaliknya, kekuasaan yang besar di tangan pemimpin yang lemah
karakter, pengetahuan dan keterampilan, hanya akan membawa lembaga pendidikan
pada ujung kebangkrutan dan tumpukan masalah yang tidak terselesaikan dengan
baik, bahkan menimbulkan konflik internal.
Kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena
sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang
dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive
Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan
“Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau
bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau
bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan
bersama.
Kepala
sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat
diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga.
Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin
sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara
Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru
(jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala
sekolah) di sekolah”.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah
sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada
pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama.
Pendapat
Hasibuan Malayu (dalam Mulyadi, 2010: 47) tentang perilaku kepemimpinan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut:
-Mengambil keputusan
-Mengembangkan imajinasi
-Mengembangkan kesetiaan
pengikutnya
-Pemrakarsa, penggiatan, dan
pengendalian rencana
-Memanfaatkan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya
-Melaksanakan kontrol dan
perbaikan-perbaikan atas kesalahan
-Memberikan tanda penghargaan
-Mendelegasikan wewenang kepada
bawahannya
-Pelaksanaan keputusan dengan
memberikan dorongan.
Sementara
Gary Yulk mengidentifikasi empat belas perilaku kepemimpinan yang dikenal
dengan taksonomi manajerial sebagai berikut :
-Merencanakan dan mengorganisasi
(planning and organizing)
-Pemecahan masalah (problem
solving)
-Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying
roles and objectifies)
-Memberi informasi (informing)
-Memantau (monitoring)
-Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating
and inspiring)
-Berkonsultasi (consulting)
-Mendelegasikan (delegating)
-Memberikan dukungan (supporting)
-Mengembangkan dan membimbing
(developing and mentoring)
-Mengelola konflik dan tim
(managing and team building)
-Membangun jaringan kerja
(networking)
-Pengakuan (recognizing)
-Memberi imbalan (rewarding)
(Mulyadi, 2010: 49-50).
B.
Manajemen kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
sekolah
Kepemimpinan
dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan
memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial). Perilaku
kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang sangat
penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan yang
positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih
mencapai keberhasilan. Hasil penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan
bahwa sebagian besar pemimpin yang hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan
kualitas tanpa ada perilaku yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan
hasil manajemen kepala sekolah.
Sommer
dan Merritt (1994) dan Rad (2005) juga berpendapat tentang perlunya pemimpin
memberikan perhatian terhadap strategi manajemen mutu terpadu karena secara
signifikan perilaku hubungan kepemimpinan dengan perilaku karyawan memiliki
pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan manajemen mutu terpadu. Perbedaan
perilaku kepemimpinan dan bawahan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
manajememen mutu terpadu juga akan terlihat lebih nyata pada pelaksanaan
manajemen mutu terpadu dan kinerja organisasi dalam sektor jasa seperti
sekolah.
Budianto
(2011) menjelaskan untuk mencapai keberhasilan manajemen kepala sekolah,
perilaku kepemimpinan dalam dunia pendidikan (kepala sekolah) harus mencerminkan:
(1) fokus pada pelanggan, (2) fokus pada pencegahan masalah, (3) investasi
sumber daya, (4) memiliki strategi mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang
untuk belajar, (6) mendefinisikan mutu pada seluruh area organisasi, (7)
memiliki kebijakan dan rencana mutu, (8) manajemen senior memimpin mutu, (9)
proses perbaikan mutu melibatkan setiap orang, (10) memiliki fasilitator mutu
yang mendorong kemajuan mutu, (11) karyawan dianggap memiliki peluang untuk
menciptakan mutu, (12) kreativitas adalah hal yang penting, (13) memiliki
aturan dan tanggungjawab yang jelas, (14) memiliki strategi evalusi yang jelas,
(15) melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan,
(16) rencana jangka panjang, (17) mutu dipandang sebagai bagian dari budaya,
(18) meningkatkan mutu berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19)
memiliki misi khusus, (20) memperlakukan kolega sebagai pelanggan.
Sementara
itu, Tiong (dalam Usman, 2011: 290) menemukan dalam penelitiannya tentang
karakteristik perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain sebagai berikut.
-Kepala sekolah yang adil dan
tegas dalam mengambil keputusan
-Kepala sekolah yang membagi
tugas secara adil kepada guru
-Kepala sekolah yang menghargai
partisipasi staf
-Kepala sekolah yang memahami
perasaan guru
-Kepala sekolah yang memiliki
visi dan berupaya melakukan perubahan
-Kepala sekolah yang terampil dan
tertib
-Kepala sekolah yang berkemampuan
dan efisien
-Kepala sekolah yang memiliki
dedikasi dan rajin
-Kepala sekolah yang tulus
-Kepala sekolah yang percaya diri
Sedangkan
perilaku kepemimpinan yang tidak efektif antara lain mencerminkan semangat yang
rendah, berpandangan sempit, diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan
dalam organisasi.
Dengan
kata lain perilaku kepala sekolah harus menyesuaikan dengan empat prinsip
manajemen mutu terpadu. Penjelasan masing-masing prinsip dan perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan di bawah ini:
- Kepuasan
pelanggan
Seperti
penjelasan sebelumnya, sekolah memiliki pelanggan internal dan eksternal.
Terhadap pelanggan internal, siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah
yang efektif antara lain adil dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki
dedikasi dan rajin, memiliki keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki
strategi mutu dan memiliki strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap
pelanggan eksternal perilaku efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui
transparansi, pemberi informasi, melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan, dan menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar.
- Respek
terhadap setiap orang
Prinsip
ini melihat setiap orang dalam sekolah sebagai aset dan memiliki potensi.
Sehingga perilaku kepemimpinan yang efektif dalam mencerminkan prinsip ini
adalah fasilitator, menghargai partisipasi staf, memahami perasaan guru,
memberikan dukungan, melibatkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan,
mengembangkan dan membimbing potensi, memotivasi dan memberi inspirasi,
mendelegasikan tugas, dan semua masyarakat sekolah dianggap memiliki peluang
untuk menciptakan mutu.
- Manajemen
berdasarkan fakta
Pada
prinsip ini, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tertib
administrasi sehingga selalu mengambil keputusan dengan berdasarkan data organisasi
yang jelas, bukan suatu gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga
merencanakan, mengorganisasi dan melakukan prioritas menggunakan data dan
kondisi sumber daya dalam organisasi.
- Perbaikan
terus menerus
Dalam
mencapai manajemen mutu, maka perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan suatu
organisasi seiring dengan perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mencerminkan pemantauan, visioner,
transformasional, rencana jangka panjang, membangun jaringan kerja dengan
pelanggan eksternal, inovatif, dan kreatif.
C.
Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah yang ideal
Pemimpin
dalam kepemimpinannya dinyatakan berfungsi untuk menggiatkan atau menggerakkan
bawahannya. Fungsi menggerakkan adalah adalah fungsi pembimbingan dan pemberian
pimpinan serta menggerakkan kelompok orang-orang itu agar suka dan mau
bekerja (Sudirga, 2006 : 23)
Dalam
kepemimpinan disebutkan seorang pemimpin memiliki beberapa tipe-tipe
kepemimpinan antara lain :
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam kepemimpinan ini
seorang kepala sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan
bawahannya supaya manajemen sekolah berfungsi dengan baik.
2. Tipe Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan
paternalistik
lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat
sebagai berikut:
(1)
mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap selalu melindungi, (3)
mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan
kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat
menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan
militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(1) lebih
banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3)
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
Jadi
dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala sekolah menggerakkan bawahannya
secara perintah komando dan otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis
(Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis
memiliki ciri-ciri antara lain:
(1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2)
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai
situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5)
bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak
buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8)
selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat
konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada
bawahan apabila mereka patuh.
Dalam
kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah memimpin bawahannya berdasarkan
keputusan sendiri yang harus segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez
Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggungjawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa,
tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja,
tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik diterapkan dalam
lingkungan sekolah
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan
Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
D. Strategi Kepemimpinan yang Efektif
kepemimmpinan adalah proses untuk
mempengaruhi individu atau kelompok agar secara sadar dan secara harmonis
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi kata “sadar” menunjukan bahwa
kepemimmpinan di dasarkan oleh kerelaan dan bukan paksaan .hal ini berbeda
dengan kekuasaan yang diterima sebagai suatu keterpaksaan.
Pengakuan
terhadap pentingnya variabel kepemimmpinan dalam organisasi telah menjadi dasar
analisis para ahli dari berbagai kalangan .dari analisis itu terungkap
pentingnya strategi kepemimmpinan yang dirumuskan dalam berbagai bentuk
perilaku (harsey dan Blanchard, 1982) yang sudah dikenal misalnya ,memandang
kepemimmpinan yang efektif (yang mendorong kinerja bawahan) adalah
kepemimmpinan yang memerhatikan dua aspek secara bersamaan orientasi terhadap
tugas dan orientasi terhadap manusia.orientasi terhadap tugas dan melahirkan
kepemimmpinan yang memilikinvisi yang jelas, tugas yang jelas dan sistem
komunikasi yang permanen .orientasi terhdap manusia melahirkan kepemimmpinan
kesejawatan,kemauan pemimmpin mendengarkan suara hati bawahan ,memanusiakan
bawhan dan mendorong partisipasi bawahan dalam berbagai aspek kehidupan
organisasi. banyak bukti menunjukan bahwa penerapan kepemimmpinan partisipasi
meningkatkan komitmen bawahan terhadap tugas dan gilirannya meningkatkan
kinerja mereka.
secara spesifik, dimensi hubungan
manusia dicirikan oleh tiga aspek ;
(1). pemimmpin menyiapkan
waktu untuk mendengarkan anggota kelompoknya
,
(2). pemimpin berkeiginan membuat
perubahan ,
(3). pemimpin yang bersifat
bersahabat dan dekat dengan bawahanya.
Dimensi tugas dicirikan oleh:
(1). Pemimmpin yang selalu memberikan tugas
kepada anggota kelompok ,
(2). pemimpin menetapkan standard dan
peraturan yang harus di ikuti oleh anggota
kelompok dan,
(3). Pemimpin menghrapkan anggota untuk mengetahui
apa yang diharapkan dari
mereka.
Bedasarkan
kuadran tersebut,tampak bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin 9-9, yaitu
yang tinggi pada dimensi hubungan manusia dan juga tinggi pada dimensi tugas
perilaku kepemimpinan yang demikian sering juga disebut dengan perilaku
kepemimpinan tim.pemimpin yang kurang efektif adalah pemimpin 1-1, yaitu yang
rendah pada dua dimensi.
Beberapa
penulis lainya juga mengemukakan strategi kepemimpinan.farkas dan backer (1996)
mengembangkan gagasan tentang maximum leadership yang meliputi lima pendekatan
pendekatan strategi, pendekatan asset manusia, pendekatan keahlian, pendekatan
control, dan pendekatan agen perubahan.
Covey
(1991), juga mengembangkan strategi kepemimpinan yang disebut sebagai
kepemimpian yang berprinsip (principle cebtered landership) yang salah satu
strateginya adalah orientasikepada pelanggan .strategi ini juga di adaptasi
oleh lee (1997)dalam istilah kekuasaan yang berprinsip (principle-centered). kedua
pendekatan ini mementingkan kapabilitas dalam kepemimpinan.
Brich
(1999) mengembangkan strategi instant landership dengan 66 cara kepemimpinan
yang praktis .dluar dari hal-hal yang betul-betul praktis, terdapat strategi
inti yang dikemukakanya yaitu bahwa pemimpin terbaik adalah orang yang
memungkinkan terpenuhinya tuntutan yang tadinya di anggap mustahil dan kemudian
menawarkan dukungan penuhyang tadinya di anggap tidak mungkin intinya
,kepemimpinan berkualitas dengan tantangan dsn dukungan .
Maxwell
1995 mengembangkan prinsip dasar kepemimpinan yang antara lain meliputi,
penyusunan prioritas, integritas, menciptakan perubahan positif, pemecahan
masalah, sikap positif, pengembangan asset manusia, wawasan, dan disiplin
pribadi .
Strategi kepemimpinan yang sama muncul dalam kajian
pendidikan dalam penelitian heck, et al, (1997)terungkap beberapa aspek kepemimpinan kepala sekolah yang membedakan
sekolah berprestasi tinggi dan sekolah berprestasi rendah,aspek-aspek tersebut
meliputi;
(1). melibatkan staf dalam
keputusan dan pengajaran yang penting.
(2). melindungi dari tekanan
eksternal
(3). memberikan otonomi mengajar
kepada guru
(4). mengomunikasikan tuntutan
untuk berprestasi tinggi kepada siswa
(5). menghargai prestasi akademik
siswa.
(6). mengkordinasikan program
pengajaran
(7). berpartisipasi dalam diskusi
tentang isu-isu pengajaran
(8). mengobservasi metode
pengajaran guru di kelas
(9). menyediakan sumber daya
belajar
(10). melakukan kunjungan kelas
secara regular
(11). membantu guru memperbaiki
pengajaran.
Dalam
penelitian sekolah efektif ,kmpetensi kepemimpinan yang diperlukan sekolah
tercermin dari beberapa karakteristik kepemimpinan berikut ini;
(1). kepala sekolah yang adil dan
tegas dalam mengambil keputusan
(2). kepala sekolah yang membagi
tugas secara adil kepada guru
(3). kepala sekolah yang
menghargai partisipasi staf
(4). kepala sekolah yang memahami
perasaan guru
(5). kepala sekolah yang memiliki
visi dan berupaya melakukan perubahan
(6). kepala sekolah yang terampil
dan tertip
(7). kepala sekolah yang
bermampuan dan efisien
(8). kepala sekolah yang memiliki
dedikasi dan rajin
(9). kepala sekolah yang tulus
(10). kepala sekolah yang percaya
diri
Dari
berbagai sumber tersebut ,dan dengan memperhatikan berbagai tuntutan yang
dihadapi oleh kepala sekolah dalam menyikapi perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan,penulis mengemukakan berbagai strategi inti kepemimpinan kepala
sekolah yang selanjutnya dikaji secara singkat berikut ini
1. kepemimpinan yang strategik
Kepala
sekolah perlu mengembangkan kepemimpinan strategic .kepemimpinan strategic
adalah kepemimpinan yang berseia melakukan perubahan dari kondisi sekarang kepada
kondisi I ideal sekolah dimasa depan ,beberapa kajian menunjukan bahwa kepla
sekolah yag berhasil dalam memimpin adalah kepala sekolah yang visioner
,berfikir jauh ke depan bagi pengembangan sekolah.
Strategi
ini menekankan kepada kepala sekolah akan perlunya merumuskan visi misi
kepemimpinan ya yang sejalan dengan arah dan perkembangan yang ingin dicapai
oleh sekolah yang strategik juga perlu mengembangkan strategi kedepan dalam
memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan hambatan .
Visi
dan misi kepemimpinn kepala sekolah perlu di sosialisasikan kepada warga
sekolah guna memperoleh dukungan dsn komitmen mereka,siswa dan guru khususnya
perlu mengetahui untutan apa yang diharapkan dari mereka menurut Caldwell
(1998).perubahan –perubahan paradigma pendidikan menyebabkan beban kepala
sekolah makin bertambah dn hal ini dapat direduksi dengan mengembangkan visi dn
misi sekolah yang pada giliranya dapat digunakan untuk memberdayakan semua
potensi sekolah.
2. Strategi pelanggan
Osbone
dan plastrik (1997) mengembangkan gagasan mengenai perlunya organisasi
pemerintah memiliki strategi pelanggan dalam meningkatkan akuntabilitasnya
akuntabilitas berarrti sejauh mana suatu lembaga bertanggung jawab kepada
pelanggan produk atau jasa yang dihasilkan.semakin puas pelanggan terhadap
produk atau jasa yang dihasilkan semakin akuntabel suatu lembaga .karena itu
penerapan strategi pelanggan akan memaksa sekolah dslam memperbaiki kinerjanya.
Definisi
tentang pelanggan dari dalam sekolah dan dari luar sekolah .pelanggan dari
dalam sekolah meliputi siswa,guru,tenaga administrasi ,sedangkan dari pelanggan
luar sekolah meliputi orang tua,masyarakat,pemerintah dan pihak terkait lainya.baik
pelanggan dari kepuasan. karena itu kepala sekolah berbagai manajer perlu
mengembangkan cara-cara baru dlam memenuhi kepuasan pelanggan.
3. Strategi pemberdayaan
Strategi
pemberdayaan merupakan inspirasi banyak organisasi dewasa ini. hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa manusia dalam organisasi merupakan asset yang
perlu dipelihara dan dikembangkan bagi peningkatan organisasi.di sekolah
terdapay sejumlah tenaga profesional khususnya guru yang perlu dikembangkan dan
didayagunakan .
Beberapa
sekolah yang sukses menerapkan strategi pemberdayaan melalui berbagai
program-program pengembangan profesional guru.selain itu,kemauan kepala sekolah
mendelegasikan sebagian pekerjaan juga merupakan salah satu strategi yang banyak berbukti mendorong
semangat tim disekolah dalam situasi yang lain kepala sekolah melibatkan
stafnya dalam berbagai pengambilan keputusan pentingnya.
4.Kemauan Mengambil Resiko
Kemauan
melakukan teribosan atu bertindak sebagai agen perubahan harus diikuti dengan
kemauan mengambil resiko .fakta memmbuktikan ,banyak pemimmpin yang gagal
karena takut terhadap resiko dari keputusan yang di ambil.
Cepat
dan berusaha mengambil keputusan yang cerdik ,Akan semakinbesarnya kewenangan
pengambilan keputusn pada tingkat sekolah sesuai dengan semangat MBS berarti
kepala sekolah dituntut bertindak cepat dan berusha mengambilkeputusan yang
cerdik ,tentunya dengan segala resikonya,baik resiko financial maupun resiko
lainya.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kepemimpinan kepala sekolah
adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong,
membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan
pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang
ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk
mencapai tujuan sekolah merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan
dalam penerapan manajemen sekolah memerlukan dua keterampilan yaitu
keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola (kepemimpinan dan manajerial).
Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini memegang peranan yang
sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku kepemimpinan
yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan
lebih mencapai keberhasilan.
B. SARAN
Dalam
megembangkan kuantitas dan kualitas dari pendidik ataupun peserta ddik tentu
sangat dibutuhkan pemimpin dalam mengatur hal tersebut. Pemimpin yang bijak dan
professional, mampu mengatur dan mengendalikan bawahan untuk bekerja efektif
demi mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Maka dari itu dibutuhkan kepala
sekolah yang memiliki strategi kepemimpinan yang efektif dan strategi
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar.
2006. Manajemen pendidikan peluang dan tantangan. Makassar: badan penerbit UNM
Makassar.
Suparlan.2014. Manajemen Berbasis
Sekolah dari Teori sampai dengan praktik. Jakarta : PT. Bumi Angsara